ISLAM DI EROPA (SISILIA) Bag. 1
Peta Sisilia
Sebelum Islam datang, menurut Gustav Le Bon, Eropa berada dalam kondisi kegelapan, tak satupun bidang ilmu yang maju bahkan lebih percaya pada tahayul. Sebuah kisah menarik terjadi pada zaman Daulat Abbasiah saat kepemimpinan Harun Al- Rasyid, tatkala beliau mengirimkan jam sebagai hadiah pada Charlemagne seorang penguasa di Eropa. Penunjuk waktu yang setiap jamnya berbunyi itu oleh pihak Uskup dan para Rahib disangka bahwa di dalam jam itu ada jinnya sehingga mereka merasa ketakutan, karena dianggap sebagai benda sihir. Pada masa itu dan masa-masa berikutnya, baik di belahan Timur Kristen maupun di belahan Barat Kristen masih mempergunakan jam pasir sebagai penentuan waktu.
Sementara kondisi di
London 7 abad sesudah itu (yakni abad 15 M), satu lampu umumpun tidak ada. Di
Paris berabad-abad sesudah zaman Cordova, orang yang melangkahi ambang pintunya
pada saat hujan, melangkah sampai mata kakinya ke dalam lumpur”.
Menurut Philip K. Hitti,
jarak peradaban antara kaum muslimin di bawah kepemimpinan Harun Al-Rasyid jauh
melampaui peradaban yang ada pada orang-orang Kristen pimpinan Charlemagne.
Pertengahan abad 9 M
peradaban Islam telah meliputi seluruh Spanyol. Masuknya Islam ke Spanyol yaitu
setelah Abdur Rahman ad-Dakhil (756 M) berhasil membangun pemerintahan yang
berpusat di Andalusia. Melalui Spanyol, Sicilia dan Perancis Selatan yang
berada langsung di bawah pemerintahan Islam, peradaban Islam memasuki Eropa.
Bahasa Arab menjadi bahasa internasional yang digunakan berbagai suku bangsa di
berbagai negeri di dunia. Baghdad di Timur dan Cordova di Barat, dua kota
raksasa Islam menerangi dunia dengan cahaya gilang-gemilang. Sekitar tahun 830
M, Alfonsi-Raja Asturia telah mendatangkan dua sarjana Islam untuk mendidik
ahli warisnya. Sekolah Tinggi Kedokteran yang didirikan di Perancis (di
Montpellier) dibina oleh beberapa orang Mahaguru dari Andalusia. Keunggulan
ilmiah kaum muslimin tersebar jauh memasuki Eropa dan menarik kaum intelektual
dan bangsawan Barat ke negeri-negeri pusatnya. Diantara mereka terdapat Roger
Bacon (Inggeris); Gerbert d’Aurillac yang kemudian menjadi Paus Perancis pertama
dengan gelar Sylvester II, selama 3 tahun tinggal di Todelo mempelajari ilmu matematika,
astronomi, kimia dan ilmu lainnya dari para sarjana Islam.
Tidaklah
mengherankan, karena pada saat kekhilafahan Islam berkuasa saat itu Spanyol
menjadi pusat pembelajaran (centre of learning) bagi masyarakat Eropa dengan adanya
Universitas Cordova. Di Andalusia itulah mereka banyak menimba ilmu, dan dari negeri
tersebut muncul nama-nama ‘ulama besar seperti Imam Asy-Syathibi pengarang kitab
Al-Muwafaqat, sebuah kitab tentang Ushul Fiqh yang sangat berpengaruh; Ibnu Hazm
Al-Andalusi pengarang kitab Al-Fashl fi al-Milal wa al-Ahwa’ wa an-Nihal, sebuah
kitab tentang perbandingan sekte dan agama-agama dunia, dimana bukti tersebut telah
mengilhami penulis-penulis Barat untuk melakukan hal yang sama.
Masjid Baitul Futuh di Sisilia
Bermacam-macam
industry penting tumbuh disana, seperti industry kertas, sutera, dan
pertambangan. Ilmu pengetahuan dan bermacam-macam seni mengalami kemajuan yang
pesat. Para pencari ilmu dari Eropa datang kesana, dengan itu, negeri Sisilia
berubah menjadi pusat penting di antara pusat-pusat perpindahan warisan islam
ke Barat. Gerakan penerjemahan dari buku-buku Arab ke bahasa Latin juga di
lakukan disana sehingga menyerupai gerakan penerjemahan yang ada di Andalusia.
Kebudayaaan Islam di
Sisilia berkembang pada masa dinasti Kalbiyah dan awal pemerintahan bangsa
Normand. Sarjana-sarjana yang muncul berasal dari berbagai bidang ilmu.
Perkembangan ilmu agama Islam pada masa dinasti Aghlab lebih menonjol dibanding
bidang kajian lainnya. Ilmu fiqih misalnya sudah membicaraqkan masalah-masalah
yang menyangkut hokum positif pada masa itu. Para ahli hokum menyesuaikan
penafsiran alquran sesuaidengan perkembangan zaman. Umat Islam waktu itu tidak
menjalankan hukum Romawi atau Yunani atau Kristen, tetpai mereka yang
mempengaruhi perubahan dalam dunia hukum, termasuk di dalamnya hal-hal yang
berkaitan dengan hubungan antar agama.Al-Quran dan Hadist di jadikan sumber
pokok hukum Islam. Dengan demikian ilmu bantu pun ikut berkembang seperti
tafsir, ulumul hadist, bahasa Arab, dan lain-lain.
Dalam ilmu kalam,
sejarah, fisika, sastra, kedokteran, ilmu bumi juga ikut berkembang. Dalam ilmu
kalam terkenal Abdul Haq bin Muhammad dan bin Zafar (yang mengkritik
Al-Juwaini). Bidang sastra diwakili oleh Ali Hamzah Al-Basri (seorang pengagum
Al-Mutanabbi). Bidang sejarah muncul Abu Zaid Al-Ghumari dan bin Qotta. Bidang
fisika dikenal nama Abu Said Ibrahim dan Abu Bakar As-Siqli. Bidang kedokteran
tercatat nama Abul Abbas Ahmad bin Abdu Salam.
Walaupun kekuasaan Islam berakhir pada abad sebelas, namun peradaban Islam disana masih tetap berlangsung di bawah perhatian para pemimpin Normand (Norwegia) yang mana banyak ulama dan ilmuwan muslim masih tetap berada disana. Mereka adalah seperti ahli geografi Muhammad Al-Idrisi yang membuatkan peta dunia untuk Roger II (1130-1154 M). peta tersebut dibuat globe yang dilapisi dengan perak dan berbentuk timbul. Ia juga menyusun kitab Nuzhah Al-Musytaq fi Ikhtiraq Al-Afaq yang ia hadiahkan kepada Roger II. Di dalam kitab tersebut ia menjelaskan peta yang telah ia buat tersebut. Orientalis asal Rusia Krachkovski mengomentari amal tersebut dalam bukunya Istoria Arabskoi Geograficheskoi Literatury. Ia mengatakan, “pemberian tugasnya (Roger) kepada seorang ilmuwan Arab murni untuk membuat penjelasan tentang peta dunia yang dikenal saat itu merupakan bukti yang jelas atas kemajuan peradaban Arab pada saat itu dan kemajuan ini di akui semua pihak. Sungguh istana para pemimpin Normand di Sisilia separuhnya bercorak timur, jika tidak lebih dari separuh”.
Peta Dunia Karya Al-Idrisi
Walaupun kekuasaan Islam berakhir pada abad sebelas, namun peradaban Islam disana masih tetap berlangsung di bawah perhatian para pemimpin Normand (Norwegia) yang mana banyak ulama dan ilmuwan muslim masih tetap berada disana. Mereka adalah seperti ahli geografi Muhammad Al-Idrisi yang membuatkan peta dunia untuk Roger II (1130-1154 M). peta tersebut dibuat globe yang dilapisi dengan perak dan berbentuk timbul. Ia juga menyusun kitab Nuzhah Al-Musytaq fi Ikhtiraq Al-Afaq yang ia hadiahkan kepada Roger II. Di dalam kitab tersebut ia menjelaskan peta yang telah ia buat tersebut. Orientalis asal Rusia Krachkovski mengomentari amal tersebut dalam bukunya Istoria Arabskoi Geograficheskoi Literatury. Ia mengatakan, “pemberian tugasnya (Roger) kepada seorang ilmuwan Arab murni untuk membuat penjelasan tentang peta dunia yang dikenal saat itu merupakan bukti yang jelas atas kemajuan peradaban Arab pada saat itu dan kemajuan ini di akui semua pihak. Sungguh istana para pemimpin Normand di Sisilia separuhnya bercorak timur, jika tidak lebih dari separuh”.
Comments
Post a Comment